Sebagai makhluk sosial, setiap
kita pasti menginginkan sebuah pengakuan dari lingkungan sekitar. Untuk
mencapainya, terkadang ada harga yang harus dibayar. Saat terlalu larut dan
menginginkan pengakuan dari orang lain dengan melakukan yang disenanginya, tanpa
sadar kita mendapati diri menjadi tidak nyaman. Bisa jadi kita merasa lelah, merasa kosong, dan lain sebagainya.
Agar kita bisa lebih nyaman dalam menjalin sebuah hubungan, ini pemikiran yang perlu kita hentikan.
1. "Aku khawatir kalau orang lain tidak akan menyukaiku saat tidak melakukan hal ini..."
Kesalahan pertama yang dibuat
saat punya pemikiran ini adalah karena kita bersikap takut. Kita memang diajarkan untuk
bersandar kepada Tuhan, bukan karena pemahaman kita, tetapi karena rasa takut
akan Tuhan. Padahal, dengan memahami hal tersebut, kita
jadi menyadari bahwa tidak ada ketakutan apa pun yang bisa menguasai kita.
Pemikiran di atas juga
mencerminkan bahwa sikap kita sangat tergantung dari pemikiran atau presepsi
orang lain. Kita semua
tahu kalau Tuhan mengasihi dan menyukai kita apa adanya. Terlepas dari dosa
yang kita telah perbuat, seharusnya kita terus mengingatkan diri tentang siapa kita, bukan tentang apa yang kita lakukan.
2. "Kalau aku bilang tidak, pasti orang
lain akan menilaiku sebagai pribadi yang tidak mencerminkan orang Kristen.."
Beberapa orang percaya berpandangan bahwa berani
berkata tidak berarti tidak mencerminkan buah roh yang tumbuh dalam diri kita. Hal
ini lantas menjadikan kita lebih memilih untuk berbohong dibandingkan melakukan hal yang benar.
Contohnya saja ketika kita berkata 'Ya',
sementara sebenarnya kita ingin mengatakan 'Tidak'. Dengan kata lain, kita
telah berbohong pada diri sendiri. Untuk mencerminkan seorang Kristen, kita harus bisa jujur terhadap diri sendiri maupun orang lain.
3. “Melakukan kesalahan membuatku kehilangan nilai sebagai seorang yang baik..”
Nilai kita sebagai anak Tuhan sudah dibayar
lunas di kayu salib. Seringkali kita merasa harus menjadi pribadi yang sempurna
dan bisa melakukan segalanya dengan baik agar bisa diterima oleh orang lain. Sehingga
ketika kita melakukan kesalahan, kita jadi memandang rendah dan kecewa terhadap diri sendiri.
Takut berbuat kesalahan membentuk kita sebagai
pribadi yang perfeksionis, sehingga kita tidak akan bisa merasa cukup sampai
bisa melakukan sesuatu yang benar, yang terkadang itu adalah standar yang dibuat oleh orang lain.
4. "Aku harus setuju dengan orang lain agar bisa diterima.."
Hal ini sangat sering kita temui dalam
keseharian. Media sosial, khususnya. Ketika kita mengemukakan perbedaaan
pendapat, banyak orang yang kemudian menyasar kita untuk berdebat. Kita jadi
dituntut untuk menyetujui sesuatu, dimana terkadang hal tersebut tidak sesuai dengan kebenaran.
Hanya karena kita tidak menyetujui pendapat
seseorang, tidak berarti kita tidak bisa menerima orang tersebut. Kalau kita
ingat kembali, setiap orang percaya akan menerima keselamatan Kristus tanpa harus melakukan apa pun.
Inilah yang seharusnya menjadi dasar kita akan
hal ini. Sebuah penerimaan itu tidak diperoleh, melainkan adalah sebuah hal yang
diberikan secara cuma-cuma. Kita harus bisa belajar untuk mengungkapkan
pendapat di depan orang lain, terutama hal kalau hal ini mengenai kebenaran.
Ketika diri kita sendiri nyaman
bersama orang lain, maka pertemanan yang kita jalin pun akan lebih tulus.
Sebaliknya, mengorbankan rasa nyaman diri sendiri hanya akan membuat kita
kelelahan dan membuat hubungan tidak semakin dekat.